100 Tahun M. Natsir di Malaysia
Afriadi Sanusi
Belum pernah ada acara seratus tahunan di Indonesia yang meriah dan
dihadiri
oleh peserta seramai ini kata seorang presenter dari Indonesia. Pusat
konvensyen Kolej Universiti Islam antarabangsa itu dipenuhi dengan peserta
yang membludak sampai ke atas dan ada yang berdiri. Makalah habis dan
harus
di cetak ulang, banyak yang tidak dapat tanda nama sebagai peserta,
makanan
kurang karena peserta terlalu banyak yang hadir dan diluar dugaan panitia.
Rasa beruntung saya hari ini karena dapat menghadiri acara seminar 100
Tahun
M. Natsir walaupun mendapat sms dari kawan Muhammadiyah di hari-hari
terakhir. Ceramah pertama tentang M. Natsir disampaikan oleh Menteri Besar
Selangor Tansri Abdul Khalid Ibrahim yang menceritakan panjang lebar
tentang
Natsir yang membuat saya malu sebagai orang Indonesia. Disaat acara
pembukaan dan pidato tentang Natsir disampaikan oleh Datuk Seri Anwar
Ibrahim saya bertambah malu sekali. Ternyata orang lain lebih mengenal dan
menghargai Natsir sebagai tokoh yang dihormati daripada saya sebagai anak
bangsa Indonesia dan berasal dari daerah yang sama dengan Natsir. Saya
melihat beberapa kawan Malaysia yang membuat thesis PhD juga hadir dan
nampak berminat sekali dalam seminar itu.
Turut hadir adalah para saksi hidup dan pengkaji tentang M. Natsir,
seperti
oleh anak almarhum Ibu Asma Faridah Saleh. Prof Dr Redzuan Othman sebagai
moderator, Dato` Dr Sidiq Fadzil dan pembicara antara lain oleh Prof Dr
Laode M. Kamaluddin, Chrish siner Key Timu, Prof Madya Muhammad Nur
Manuty,
Syuhada` Bahari, Prof Dr Mohd Kamal Hasan, Dr Gamal Abdul Nasir Hj Zakaria
dari Brunei dan ditutup dengan sebuah resolusi oleh Hj Ab Halim Ismail dan
Dato` Haji Mohd Adnan Isman.
Dengan tema "berdakwah di jalur politik dan berpolitik dijalur dakwah"
para
pemakalah menyampaikan keunggulan Natsir sebagai seorang pendakwah,
politikus, ahli agama, pendidik dan sebagainya. Menyinggung mengenai
politik
dakwah and kacau balaunya suasana perpolitikan Nasional saat ini, maka
penulis teringat akan kepribadian Natsir yang dapat menyatukan Islam
traditional, Islam modern dan berbagai kelompok Islam lainnya dalam satu
wadah partai bernama Masyumi.
Saat ini terdapat banyak sekali partai Islam atau partai yang mengaku
Islami. Saya sebagai orang yang agak terpelajar saja bingung, apalagi
masyarakat awam dikampung yang tidak begitu membaca berita. Dan nampaknya
kelebihan satu partai Islam saat ini hanya mampu mengurangi suara partai
Islam lainnya saja dan tidak mampu mengurangi suara-suara yang ada di
partai
Golkar atau PDIP serta partai lainnya.
Kekuatan Natsir yang saya lihat adalah bahwa beliau ikhlas dalam berjuang.
Keikhlasan inilah yang membuatnya melihat segala penderitaan, siksaan dan
kesusahan yang dialaminya bagaikan sebuah irama yang merdu, bagaikan
hidangan yang nikmat dan bagaikan keindahan panorama yang begitu
mempesona.
Bangi, 10 January 2009
Afriadi Sanusi
----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my
1 comment:
nice post. thanks.
Post a Comment