Tuesday, July 31, 2007

 

 

KISAH AYAT KURSI MENJELANG TIDUR

 

Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.
"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," gertak Abu Hurairah. Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan."

Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru. Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau : "Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?"
Ia mengeluh, "Ya Rasulullah, bahawa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahawa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya.

"Bohong dia," kata Nabi : "Pada hala nanti malam ia akan datang lagi."
Kerana Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan.Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kelmarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," ancam Abu Hurairah, sama seperti kelmarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi."

Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kelmarin. Dan setelah mendapat jawapan yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan : "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."

Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-geri disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kelmarin itu dilepaskan begitu sahaja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W ? Kenapa mahu saja ia ditipu olehnya ? "Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun."

Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri longgokan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-gerinya.

"Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga. Lepaskan saya," pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahawa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa akhirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."

"Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. "Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."
Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.
Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.

"Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.
"Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah.
"Kalimat apakah itu?" tanya Nabi. Katanya : "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula : "Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari."

Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi S.A.W berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula : "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?"
"Entahlah." Jawab Abu Hurairah.
"Itulah syaitan."

DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it ("Message") is intended only for the use of the recipient(s) named above and may contain confidential information. You are hereby notified that the taking of any action in reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, distribution, printing or copying of this Message or any part thereof by anyone other than the intended recipient(s) is strictly prohibited. If you have received this Message in error, you should delete this Message immediately and advise the sender by return e-mail. Opinions, conclusions and other information in this Message that do not relate to the official business of PETRONAS or its Group of Companies shall be understood as neither given nor endorsed by PETRONAS or any of the companies within the Group.

Monday, July 30, 2007

FW: teka-teki imam ghazali

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau
bertanya:

Imam Ghazali = "Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 = "Orang tua"
Murid 2 = "Guru"
Murid 3 = "Teman"
Murid 4 = "Kaum kerabat"
Imam Ghazali = "Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan
kita ialah *MATI*. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa
pasti
akan mati (Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = "Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?"
Murid 1 = "Negeri Cina"
Murid 2 = "Bulan"
Murid 3 = "Matahari"
Murid 4 = "Bintang-bintang"
Imam Ghazali = "Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah
*MASA LALU*. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak
akan
Dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari
ini,
hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai
dengan
ajaran Agama".

Imam Ghazali = "Apa yang paling besar didunia ini?"
Murid 1 = "Gunung"
Murid 2 = "Matahari"
Murid 3 = "Bumi"
Imam Ghazali = "Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah
*HAWA NAFSU* (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan
nafsu
kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI: "Apa yang paling berat di dunia?"
Murid 1 = "Baja"
Murid 2 = "Besi"
Murid 3 = "Gajah"
Imam Ghazali = "Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah *MEMEGANG
AMANAH* (Surah Al-Azab : 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan
malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi
khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya
berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = "Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Murid 1 = "Kapas"
Murid 2 = "Angin"
Murid 3 = "Debu"
Murid 4 = "Daun-daun"
Imam Ghazali = "Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan
sekali di dunia ini adalah *MENINGGALKAN SOLAT*. Gara-gara pekerjaan
kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat"

Imam Ghazali = "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?"
Murid- Murid dengan serentak menjawab = "Pedang".
Imam Ghazali = "Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini
adalah *LIDAH MANUSIA*. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya
menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri"

"Sampaikanlah walau satu ayat".


DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it ("Message") is intended only for the use of the recipient(s) named above and may contain confidential information. You are hereby notified that the taking of any action in reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, distribution, printing or copying of this Message or any part thereof by anyone other than the intended recipient(s) is strictly prohibited. If you have received this Message in error, you should delete this Message immediately and advise the sender by return e-mail. Opinions, conclusions and other information in this Message that do not relate to the official business of PETRONAS or its Group of Companies shall be understood as neither given nor endorsed by PETRONAS or any of the companies within the Group.

Saturday, July 28, 2007

[harakahdaily] Ibu Saya Seorang Superwoman

Satu kisah benar yang begitu menusuk kalbu terutama
kepada mereka yang bermegah-megah dengan Valentine Day
oleh Sheih Kickdefella , seorang blogger yang terkenal
dengan poster-poster kritikan sinis. Kepada mereka
yang ada ibu bapa yang masih hidup, gunakanlah peluang
sisa hidup yang masih ada ini untuk berbakti kepada
kedua ibu bapa kita.

If my calculation was right, when my father divorced
my mum, she was not even forty yet. Strange things
about being the children, you always think your mum is
old. That was what I felt at that time. I thought my
mum is old. Now, she is still just as old as I always
remember her.

Than recently, I started to think of it. She must be
around thirty-five at that time. I am now thirty-seven
yet felt very young. She must be younger than I am
today. Yet, she had to take care all the six of us.
Nevertheless, the most amazing thing is she never ever
thought of getting married again. I know we will
definitely object to it though.

When I was in primary school, my grand aunty whom we
called Tok Ku always wants to arrange for my mum to
get married. As the result of it, we threatened Tok Ku
with penyapu lidi. Tok Ku disappeared for a while,
only to return few months later with her new husband.
The man whom she wanted to propose to my mum.

After her divorce, my mum moves to a new piece of land
in Paya Rambai, near Kota Bharu. Paya Rambai was at
that time very remote. My mum built a pondok in the
thickness of the secondary jungle. Against my
grandpa's advice, I move to that pondok while all my
siblings are staying with my grandpa. I stayed with my
mum. I was six at that time. My mum taught me how pray
and I prayed real hard for our life to get better. I
still remembered when musim tengkujuh came, because of
the atap is not waterproof, it was leaking everywhere.
Whenever we were having our dinner, our kuah seems to
be flooded with the air hujan. I made a promised to my
mum, I shall never get married because I want to take
care of her till deaths do us apart. I never kept my
promise.

When I was down with Malaria, my mum would walk more
than ten kilometers to the hospital to take care of
me. I promised her, when I grow up, I will be a
trishaw peddler so I will take her anywhere she
wanted. Again, promises are made to be broken.

After my dad left the service, he gives some money to
my mum, which she builds a decent home for us. With
that house, all our siblings reunited again under one
roof. However, the money is not enough. My mum might
not owns a degree in economic but she managed her
economics well. She will invest into barang kemas and
whenever we were in dire needs of money, she will pay
the pajak gadai a visit.

Ustaz Nik Aziz or Ayah Zit as we call him, the now
Menteri Besar of Kelantan is my mum's Pak Sepupu.
Those days, she always paid him a visit. I still
remembered it vividly. My mum will be on the other
side of the white curtain, while I will sit on Ayah
Zit's laps. Only now, I realized the reason for all
those visits. My mum actually asks Ayah Zit to perform
Sholat Hajat and pray for her to forget my Dad. Ayah
Zit's is known as a person with mulut masin which
means God always answer his prayer.

Only now, I realized my mum's sufferings. She could
has opted for another try in marriage which will
solved lots of her problem but she adamant to brought
us up without wanting us to share her with anybody
else.

Despite all her sadness, she still finds some cash to
bring me to watch Menanti Hari Esok, Tiada Esok
Bagimu, Esok Masih Ada and Esok Untuk Siapa at the
cinema.

Despite all her troubles, she still finds plenty of
moments to share my sadness and to give me the
strength whenever I need it.

Despite her lost love, she still managed to advise me
on my very own love of my life.

My mum is a very farsighted person, and I know she
knows that one day, we will all grow up and she will
be left alone. Today is precisely the day. In fact,
for the past ten years, she is living on her own. We
wanted her to stay with us, which we knew she, never
felt comfortable.

Now, she prefers to love us from a distance rather
than having to trouble us with her deteriorating
heath.

My mum is a Superwoman.

She has given a child all the loves he needs from
their parents. She has sacrifice her needs, her future
and above all, her life for our sakes. Well, all mums
are made in heaven, and I am glad to know that one
day, she will returns to Eden where she deserved it
more than anyone I knew.

How can I not love her, but why I felt so embarrass to
show how much I really love her?

How can I not care for her, yet why it is so difficult
for me to prove I really care for her?

How can I not spend time with her, again, why it is
always so hard for me to find the time to spend with
her?

She, The Superwoman, deserved the roses more that any
other woman on the Valentine's Day.

My roses will be for my one and only Superwoman.

I love you mama!

----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

Perubahan sokongan kaum Cina, gugat BN dalam pilihan raya umum

Perubahan sokongan kaum Cina, gugat BN dalam pilihan raya umum

Fri | Feb 16, 07 |

KUALA LUMPUR, 16 Feb (Hrkh) - Barisan Nasional (BN) dijangka menghadapi
cabaran besar apabila kecenderungan kaum bukan Melayu khususnya Cina
jelas semakin cenderung menyokong pembangkang kata penganalisis
politik, James Wong Wing On.


Beliau berkata, parti pembangkang yang dijangka mendapat sokongan besar
di kalangan orang Cina adalah DAP dan parti Keadilan Rakyat.


Kecenderungan ini juga berpunca daripada sikap 'biadap' pemimpinan Umno
semasa perhimpuann agung mereka yang menghunuskan keris, kononnya mahu
mempertahankan ketuanan Melayu sebaliknya menghiris perasaan kaum lain.


James Wong yang dihubungi Harakahdaily berkata, keadaan ekonomi yang
tidak stabil juga salah satu sebab orang Cina beralih menyokong
pembangkang.


Katanya, bagi orang Cina mereka sangat menitikberatkan soal ekonomi
memandangkan mereka menetap di bandar dan menjalankan aktiviti perniagaan
serta makan gaji.


"Majoriti orang Cina tinggal di bandar dan ini tidak sama dengan orang
Melayu yang ada tanah di kampung, kalau tidak ada perniagaan di bandar
mereka boleh balik kampung," katanya.


Beliau juga berkata, orang Cina mahukan pembangkang yang kuat dari segi
terutama 'check and balance' serta boleh membongkarkan segala
skandal-skandal yang berlaku.


James Wong juga berpendapat, pengundi Cina akan terdorong dengan dua
parti pembangkang yang dominan di negara ini sama ada DAP ataupun
Keadilan.


Ditanya apakah PAS bukan pilihan kaum Cina, James berkata, PAS secara
tradisinya tidak bertanding di kawasan majoritinya kaum Cina malahan PAS
banyak memberi laluan kepada DAP ataupun Keadilan kerana lebih menumpukan
kawasan majoriti Melayu.


Bagaimanapun, katanya kaum Cina juga tidak mustahil akan menyokong
Keadilan yang kini memiliki ahli yang pelbagai bangsa.


"Kalau PAS mungkin tidak, sebab aktiviti yang dibuat dalam parti itu
terhad kepada majoritinya orang Melayu, kalau ada kaum Cina pun lebih
kurang lima peratus sahaja," jelas beliau.


Beliau juga berterus-terang menjelaskan tidak ramai pengundi Cina yang
menyokong PAS tetapi mereka boleh terima PAS menjadi pembangkang yang
kuat tetapi belum ke tahap menjadi sebuah kerajaan yang memerintah.


"Jika PAS meminta undi dari kaum Cina untuk menjadikannya sebuah parti
pembangkang yang kuat, saya rasa tidak menjadi masalah kepada orang
Cina," jelasnya.


Baru-baru ini Malaysiakini.com melaporkan, dua dari setiap tiga orang
pemilih kaum Cina dijangka mengundi parti pembangkang dalam pilihanraya
umum akan datang, menurut hasil tinjauan pendapat yang dijalankan oleh
firma penyelidikan, Merdeka Centre.


Enam puluh peratus responden kaum Cina yang menyertai tinjauan tersebut –
yang dijalankan antara bukan Oktober dan Disember tahun lalu – berkata
sudah tiba masanya untuk mengundi pembangkang supaya suara mereka
didengar.


Pengarah Merdeka Centre, Ibrahim Suffian berkata, beberapa tinjauan lagi
perlu dilakukan bagi mengesahkan sama ada pengundi Cina benar-benar akan
menyokong pembangkang dalam pilihanraya umum akan datang.


Bagaimanapun, katanya, pada masa ini, nampaknya besar kemungkinan mereka
akan demikian sebagai tanda protes mereka dalam pilihanraya akan datang.


Beliau bagaimanapun berpandangan, parti-parti politik kaum Cina dalam BN
mampu menangani sentimen negatif ini sebelum pilihanraya umum akan datang
diadakan.


"Banyak langkah yang boleh diambil untuk menangani keadaan ini, seperti
dalam sektor pendidikan. Harga minyak dunia yang rendah mungkin mendorong
kerajaan untuk menurunkan harga minyak – satu langkah yang boleh memberi
kesan besar terhadap para pengundi," katanya. - mr

----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

Muslims face hatred, curiosity in U.S. heartland

Muslims face hatred, curiosity in U.S. heartland
 
 
Photo
Zineb Syed (L) , 19, and her friends Lauren Barker (C), 26, and Tala Ali, 25, gather outside a Cincinnati mosque after Friday prayers on February 2, 2007
 
By Andrea Hopkins - Mon Feb 12, 10:46 AM ET
 
CINCINNATI (Reuters) - Tala Ali, 25, has seen the good and the bad of being a Muslim in heartlan! d America. People have leaned out car windows to scream at her: "Terrorist go home." But strangers curious about her headscarf have also approached her apologetically to ask about Islam.

"I love it, actually, when people ask me questions," said the pink-scarved Ali, who came to the United States with her Jordanian father and Palestinian mother when she was five.
 
"Out here, I'm the only Muslim some people may meet," said Ali, waiting for friends after Friday prayers at a Cincinnati mosque. "I always keep in mind that I'm an ambassador of Islam."
 
For Ali and other Muslims who live far from America's immigrant-rich big cities, everyday life is a test of tolerance and outreach to fellow Americans who view Islam with suspicion five years after the September 11 attacks and amid bleak and bloody wars in Iraq and Afghanistan.
 
"The negative perception gets bigger by the day, despite all we do," said Inayat Malik, a doctor and board member of the Islamic Center of Greater Cincinnati.
 
The center hosts 5,000 visitors a year -- from churches, schools and the simply curious. Tour coordinator Shakila Ahmad is too embarrassed to share the worst things said to her as a tour guide, but insists there are no "bad" questions.
 
"It's important for people to be able to ask," she said, sitting quietly in the center's empty gymnasium after a tour. Flags of dozens of nations decorate the walls. "We'd rather you ask than have a misconception."
 
Ahmad, Malik and others sit on inter-faith councils and speak at community forums and strive, year after year, to build bridges within predominately white Christian middle America.
 
But while they are dedicated to outreach, the uphill battle of educating Americans takes its toll on optimism.
 
"The deluge of the media coverage with its negative portrayal is overwhelming," said Malik. "I see very little light at the end of the tunnel."
 
BOMB THREATS AND HATE MAIL
 
Karen Dabdoub fights constant brushfires in her work for the Council on American-Islamic Relations in Ohio.
 
In 2005, a Cincinnati mosque was bombed. Fasting Muslim students were criticized in 2006 when they were allowed to avoid the cafeteria during Ramadan. Bomb threats and hate mail trickle in.
 
"We'll get there. It's not an easy road, but we'll get there," said Dabdoub, a native Cincinnatian who converted to Islam 16 years ago. But she admits things have gotten worse instead of better in recent years.
 
A 2006 Gallup poll of more than 1,000 Americans showed that 39 percent were in favor of requiring Muslims in the United States, including American citizens, to carry special identification. Roughly a quarter said they would not want Muslims as neighbors.
 
Dabdoub said her blue eyes and white skin have not spared her the unfriendly stares often aimed at headscarved women in America.
 
"Once in a while somebody will smile at me, but not as much as they used to," she said.
 
Cincinnati's 25,000-strong Muslim community is a microcosm of American Islam. According to CAIR, about a third of America's six to seven million Muslims are South Asian, a third African American and a quarter Arab. Still others are European immigrants or Caucasian converts.
 
Almost everywhere, the community is dedicated to outreach.
 
In Missouri, Muslim children at the Islamic School of Greater Kansas City are sent out to do community service.
 
Principal Saba Hamouda said the school's mosque was once vandalized and a Koran smeared with feces, but she believes the more Americans understand Islam, the more they will accept their Muslim neighbors.
 
Still, students sometimes feel stereotyped and misunderstood outside the comfort of their small school.
 
"Just because of 9/11 people think we are terrorists," said 15-year-old Sabrim Qadi, taking a break from a morning Islamic studies class.
 
In the U.S. Southwest, known more for its influx of Hispanic immigrants than its Islamic community, Muslims repeat the outreach approach despite sectarian slights.
 
Jordanian born Ahmad Al-Shqeirat, imam of the Islamic Community Center of Tempe, a city in the sprawling Phoenix valley where there are some 40,000 to 50,000 Muslims, has felt both welcome and intolerance.
 
The Islamic Center, with its minaret, sits alongside the First Congregational Church on a quiet Tempe backstreet. Five years ago the two were jointly awarded the Tempe city diversity award for their good neighborliness.
 
"We exchange visits and talk all the time," Al-Shqeirat said of his neighbors.
 
But despite his proudly ecumenical outlook, Al-Shqeirat hit the headlines late last year as one of the so-called "Flying Imams," a group of six Muslim clerics who were turfed off a U.S. Airways flight after some passengers and crew became alarmed at their prayers.
 
Looking back on the incident, Al-Shqeirat says it showed "overreaction and discrimination" by the airline. But he says it has only redoubled his commitment to outreach.
 
"If those people had ever been in a mosque and seen Muslims praying, they would have understood," he told Reuters, sitting in the office at his street corner mosque after evening prayers. "Anger will not take us anywhere, what we need is more education."
 
(additional reporting by Carey Gillam in Kansas City and Tim Gaynor in Tempe)


 
 
----------------------------------
Panduan untuk bakal pengantin & sudah berkahwin.. cara utk mengawal kewangan, meningkatkan dana kewangan utk berkahwin & sesudah berkahwin, berbelanja secara berhemah.. insha ALlah

layari laman web>> http://www.maskahwin.com/index.php?ref=delete
untuk keterangan lanjut


Meet your soulmate!
Yahoo! Asia presents Meetic - where millions of singles gather

__._,_.___
Subscribe: harakahdaily-subscribe@yahoogroups.com
Unsubscribe: harakahdaily-unsubscribe@yahoogroups.com
Digest message: harakahdaily-digest@yahoogroups.com
HarakahDaily: http://www.harakahdaily.com
PAS Homepage: http://www.parti-pas.org

HarakahDaily.com disclaims any liability whatsoever or however arising from the posting of e-mails herein. Authors of the emails are advised to ensure that the contents of their e-mails do not attract any liability, civil or criminal.
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Search

Try a shortcut

Get local weather

faster.

Yahoo! Mail

Next gen email?

Try the all-new

Yahoo! Mail Beta.

Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

.

__,_._,___ Muslims face hatred, curiosity in U.S. heartland


By Andrea Hopkins - Mon Feb 12, 10:46 AM ET

CINCINNATI (Reuters) - Tala Ali, 25, has seen the good and the bad of
being a Muslim in heartland America. People have leaned out car windows
to scream at her: "Terrorist go home." But strangers curious about her
headscarf have also approached her apologetically to ask about Islam.

"I love it, actually, when people ask me questions," said the pink-scarved
Ali, who came to the United States with her Jordanian father and
Palestinian mother when she was five.

"Out here, I'm the only Muslim some people may meet," said Ali, waiting
for friends after Friday prayers at a Cincinnati mosque. "I always keep
in mind that I'm an ambassador of Islam."

For Ali and other Muslims who live far from America's immigrant-rich big
cities, everyday life is a test of tolerance and outreach to fellow
Americans who view Islam with suspicion five years after the September 11
attacks and amid bleak and bloody wars in Iraq and Afghanistan.

"The negative perception gets bigger by the day, despite all we do,"
said Inayat Malik, a doctor and board member of the Islamic Center of
Greater Cincinnati.

The center hosts 5,000 visitors a year -- from churches, schools and the
simply curious. Tour coordinator Shakila Ahmad is too embarrassed to share
the worst things said to her as a tour guide, but insists there are no
"bad" questions.

"It's important for people to be able to ask," she said, sitting quietly
in the center's empty gymnasium after a tour. Flags of dozens of nations
decorate the walls. "We'd rather you ask than have a misconception."

Ahmad, Malik and others sit on inter-faith councils and speak at
community forums and strive, year after year, to build bridges within
predominately white Christian middle America.

But while they are dedicated to outreach, the uphill battle of educating
Americans takes its toll on optimism.

"The deluge of the media coverage with its negative portrayal is
overwhelming," said Malik. "I see very little light at the end of the
tunnel."

BOMB THREATS AND HATE MAIL

Karen Dabdoub fights constant brushfires in her work for the Council on
American-Islamic Relations in Ohio.

In 2005, a Cincinnati mosque was bombed. Fasting Muslim students were
criticized in 2006 when they were allowed to avoid the cafeteria during
Ramadan. Bomb threats and hate mail trickle in.

"We'll get there. It's not an easy road, but we'll get there," said
Dabdoub, a native Cincinnatian who converted to Islam 16 years ago. But
she admits things have gotten worse instead of better in recent years.

A 2006 Gallup poll of more than 1,000 Americans showed that 39 percent
were in favor of requiring Muslims in the United States, including
American citizens, to carry special identification. Roughly a quarter
said they would not want Muslims as neighbors.

Dabdoub said her blue eyes and white skin have not spared her the
unfriendly stares often aimed at headscarved women in America.

"Once in a while somebody will smile at me, but not as much as they used
to," she said.

Cincinnati's 25,000-strong Muslim community is a microcosm of American
Islam. According to CAIR, about a third of America's six to seven million
Muslims are South Asian, a third African American and a quarter Arab.
Still others are European immigrants or Caucasian converts.

Almost everywhere, the community is dedicated to outreach.

In Missouri, Muslim children at the Islamic School of Greater Kansas
City are sent out to do community service.

Principal Saba Hamouda said the school's mosque was once vandalized and
a Koran smeared with feces, but she believes the more Americans
understand Islam, the more they will accept their Muslim neighbors.

Still, students sometimes feel stereotyped and misunderstood outside the
comfort of their small school.

"Just because of 9/11 people think we are terrorists," said 15-year-old
Sabrim Qadi, taking a break from a morning Islamic studies class.

In the U.S. Southwest, known more for its influx of Hispanic immigrants
than its Islamic community, Muslims repeat the outreach approach despite
sectarian slights.

Jordanian born Ahmad Al-Shqeirat, imam of the Islamic Community Center
of Tempe, a city in the sprawling Phoenix valley where there are some
40,000 to 50,000 Muslims, has felt both welcome and intolerance.

The Islamic Center, with its minaret, sits alongside the First
Congregational Church on a quiet Tempe backstreet. Five years ago the two
were jointly awarded the Tempe city diversity award for their good
neighborliness.

"We exchange visits and talk all the time," Al-Shqeirat said of his
neighbors.

But despite his proudly ecumenical outlook, Al-Shqeirat hit the
headlines late last year as one of the so-called "Flying Imams," a group
of six Muslim clerics who were turfed off a U.S. Airways flight after
some passengers and crew became alarmed at their prayers.

Looking back on the incident, Al-Shqeirat says it showed "overreaction
and discrimination" by the airline. But he says it has only redoubled his
commitment to outreach.

"If those people had ever been in a mosque and seen Muslims praying,
they would have understood," he told Reuters, sitting in the office at
his street corner mosque after evening prayers. "Anger will not take us
anywhere, what we need is more education."

(additional reporting by Carey Gillam in Kansas City and Tim Gaynor in
Tempe)


----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

Johan Jaaffar meniti hari-hari akhir di DBP

Johan Jaaffar meniti hari-hari akhir di DBP

Mohd Tariq Halabab
Thu | Feb 15, 07

Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) yang ditubuhkan sebelum Tunku Abdul Rahman
Putra Al-Haj melaungkan kata keramat kemerdekaan iaitu sekitar tahun 1956
hasil daripada resolusi Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu ke-2, pada
tahun 1954 di Johor Bahru, tercatat Bahtera Ilmu sebagai institusi yang
diamanahkan menjaga Bahasa, Sastera dan Penerbitan berbahasa Melayu,
secara tiba-tiba berubah menjadi Institusi Pengurusan dan Pentadbiran
pada tahun 2006/2007 hasil permainan Dato' Johan Jaaffar (JJ).


Peranan merubah wajah DBP tersebut, dilakukan secara tergesa-gesa,
tersembunyi dan licik oleh si Kitul, Raja Mandalia dan Ratu Sihir yang
bermaustautin di DBP.


Harus diingat penjelmaan DBP ke alam Melayu ini dengan suatu tujuan murni
iaitu memperjuang serta memartabatkan bahasa dan persuratan Melayu, sekali
gus sebagai pemegang amanat dan benteng terakhir umat atau bangsa Melayu:
mempertahankan teras bangsa iaitu bahasa dan persuratan Melayu sehingga
kini.


Walaupun demikian, dari segi anjakan makna tersurat dan tersirat,
ternyata kehadiran semula si Kitul alias Brutus dengan nasihat Ratu
Sihir, DBP perlahan-lahan layarnya koyak, tiang serinya patah dan
kemudinya tercampak ke laut lepas.


Semua ini berlaku kerana sikap Pengerusi Lembaga Pengelolanya (PLP)
sendiri yang licik bermain politik dan mendapat nasihat daripada Ratu
Sihir yang juga ada kepentingannya tersendiri.


Oleh sebab itulah, apabila Ketua Pengarah DBP (KPDBP) menjejak kakinya ke
DBP, Ratu Sihir itu terus kekal di tempat asalnya, walaupun tempat
tersebut sebenarnya sudah diputuskan menjadi milik pegawai lain. Tujuan
tersirat Ratus Sihir tersebut, bagi mengekalkan status quonya di situ
ialah untuk melakukan percaturan manusia dan bujet DBP serta sekali gus
dapat mempengaruhi PLP, KPDBP dan Kementerian Pelajaran Malaysia.


Maka tidak hairanlah, jika KPDBP telah membawanya ke Books Fair Festival
di Frankfurd, Jerman dan Mesyuarat Jawatankuasa Sastera (MASTERA) di
Jakarta, yang kedua-dua tempat tersebut tidak ada kena mengena dengan
tugas hakiki Ratu Sihir tersebut.


Perubahan yang berlaku di DBP secara drastik pada tahun 2005 hingga kini
bukan menaikkan imej, bukan menambah wibawa, bukan memperindahkan dan
bukan juga memperkukuhkan kedudukan DBP sebagai BI, malah menimbulkan
haru-biru dan menyebabkan situasi warga DBP semakin hari semakin
kucar-kacir, resah-gelisah dan tidak menentu.


Namun, yang amat mendukacitakan warga DBP, kerana DBP yang dulu sangat
gagah, berwibawa dan dikagumi oleh manusia di Kepulauan Melayu, Asia
Tenggara dan antara bangsa telah menjadi pondan semenjak tahun 2005
hingga kini kerana ketidakcekapan KP eksekutifnya, malah sangat
bergantung kepada nasihat Ratu Sihir yang hanya pandai mengampu dan
mengugup secara halus. Sedangkan Ratu Sihir tersebut secara nyata dan
jelas tidak mampu untuk memikirkan sesuatu perancangan yang besar dalam
menaikkan imej DBP.


Tragedi hitam di DBP kini semakin menjadi hitam apabila DBP mengiklankan
jawatan kosong untuk tiga jawatan penting di DBP iaitu Timbalan Ketua
Pengarah (Jusa C), Pengarah Jabatan Sastera (Jusa C) dan Pengarah
Penerbitan (Jusa C) melalui akhbar Mingguan Malaysia pada 10 September
2006 dan ditutup pada 2 Oktober 2006, dengan syarat-syarat yang cukup
jelas iaitu untuk jawatan Timbalan Ketua Pengarah (TKPDBP) harus
mempunyai 15 tahun pengalaman dalam bidang pengurusan dan perancangan
yang merangkumi semua fungsi utama DBP iaitu pentadbiran serta fungsi
teras DBP : Bahasa, Sastera dan Penerbitan. Manakala untuk jawatan
Pengarah Jabatan Sastera (PJSDBP) iaitu 15 tahun pengalaman dalam
pengurusan dan kesusasteraan. Untuk jawatan Pengarah Jabatan Penerbitan
(PJPDBP) pengalaman pengurusan dan penerbitan.


Untuk pengisian kedua-dua jawatan iaitu TKPDBP dan PJSDBP, proses
temuduga telah diadakan pada 17 November 2006 oleh Panel temuduga yang
dipersetujui oleh Ahli Lembaga Pengelola DBP terdiri daripada Dato' Haji
Ahmad Said (Timbalan Pengarah Perkhimatan Awan-Operasi, JPA), Dato'
Baharuddin Zainal (ahli Lembaga Pengelola DBP) dan Dato' Firdaus Abdullah
(Ketua Pengarah DBP) telah membuat keputusan yang muktamad.


Keputusan temuduga tersebut telah dibawa ke mesyuarat Jawatankuasa
Lantikan dan Naik Pangkat pada 23 November 2006, dan telah dipersetujui
untuk dibawa ke mesyuarat Lembaga Pengelola DBP (penuh) pada 27 November
2006. Keputusan temuduga tersebut diperkirakan akan dibentang oleh
Pengerusi Jawatankuasa Lantikan dan Naik Pangkat iaitu Dato' Haji Ahmad
Said.


Tarikh 27 November 2006 merupakan tarikh keramat yang ditunggu-tunggu dan
dianggap penting dalam menentukan hala tuju DBP di masa mendatang,
ternyata berubah menjadi tragedi hitam dan pahit yang mengaibkan apabila
Dato'k Johan Jaaffar (JJ) selaku PLP DBP menangguhkan pembentangan
tersebut, sebaliknya mesyuarat tersebut dimulakan dengan isu Kongres
Bahasa dan Persuratan Melayu (KBPM) ke-VII yang tidak termasuk dalam
agenda mesyuarat.


Dalam mengetengahkan isu KBPM ke-VII itu, JJ dengan sengaja dan niat
tersembunyi mengambil kesempatan dalam kesempitan menghentam KPDBP
habis-habisan, seolah-oleh KPDBP melakukan dosa besar dengan mengizinkan
DBP digunapakai sebagai tempat KBPM ke-VII. Lakonan secara dramatik dan
retorika yang ditampilkan oleh JJ di depan ahli Lembaga Pengelola DBP
tersebut semata-mata bertujuan memojok, meminggir dan discredit terhadap
KPDBP sehingga wibawa KPDBP terjejas teruk di kaca mata ahli Lembaga
Pengelola DBP yang lain.


Permainan JJ tersebut, sudah tidak asing lagi bagi tiang, cermin, dinding
dan batu bata DBP sebab semua kaki tangan yang lama menghuni DBP, kenal
akan gerak lidahnya, sikapnya dan percakapannya. JJ terkenal dengan
kelancaran dan kelancangan lidahnya. Mengkritik, memojok dan menyerang
secara retorika terhadap orang yang tidak disenanginya itulah
keistimewaannya.


Perkara yang sama juga digunakan untuk menunduk dan menakutkan KPDBP. JJ
menyatakan bahawa Dato' Seri Hishamuddin Tun Hussein, Menteri Pelajaran
Malaysia tidak bersetuju dan sangat marah kepada KPDBP yang membenarkan
DPB mengambil bahagian dalam KBPM ke-VII tersebut, sedangkan dalam surat
Dato' Seri Hishamuddin Tun Hussein jelas dan nyata telah pun mengizinkan
DBP ikut terlibat dalam KBPM ke- VII tersebut bukan menghalangnya. Tetapi
kerana tekanan psikologi yang keterlaluan dilakukan oleh JJ kepada KPDBP
menyebabkan KPDBP gagal menjelaskan kedudukan sebenar mengenai KBPM
ke-VII tersebut kepada semua ahli Lembaga Pengelola DBP. Kerana terlalu
tertekan dan tidak mampu memberi penghujahan dan penjelasan, menyebabkan
JJ tidak segan-silu menyerang seenaknya dan memperbudak- budakkan KPDBP.


Kesan daripada reverse pshcology yang berlaku itu, mengakibatkan KPDBP
merasa bahawa imej, wibawa, kepimpinanan dan integritinya di kaca mata
Menteri Pelajaran Malaysia amat buruk sekali. Impaknya, KPDBP menjadi
amat takut untuk bertemu dengan Menteri Pelajaran Malaysia bagi
menjelaskan kedudukan perkara sebenar mengenai KBPM ke-VII.


Sedangkan sebelum KBPM ke-VII yang sepatutnya berlangsung di Johor Bahru
dan berpindah ke Kuala Lumpur adalah atas cadangan Dato' Seri Hishamuddin
Tun Hussein sendiri. Jadi, tidak ada sebab yang munasabah mengapakah Dato'
Seri Hishamuddin hendak berkecil hati kepada KPDBP. Inilah yang dikatakan
permainan silat lidah JJ dan para juaknya yang berniat jahat untuk
memojok dan menjatuhkan maruah serta imej KPDBP dan bukan ucapan Dato'
Hishamuddin Tun Hussein, Menteri Pelajaran Malaysia.


Dalam hubungan ini, tujuan tersirat JJ dengan agenda liciknya yang
tersembunyi itu ialah untuk menolak keputusan Jawatankuasa Lantikan dan
Naik Pangkat yang juga merupakan pilihan pengurusan DBP. Tujuan
sebenarnya ialah untuk menonjolkan calon TKPDBP pilihannya yang meskipun
ternyata tidak memenuhi persyaratan dalam iklan bertarikah 10 September
2006 demi kepentingan peribadinya.


Perkara ini makin jelas dan nyata apabila Yang Dipertua Kesatuan
Pekerja-Pekerja DBP menyatakan secara terperinci akan permasalahan yang
berlaku dalam perbincangan 'Isu Semasa DBP' bersama wakil MTUC dan para
pekerja DBP pada 29 Januari 2007, jam 2.30 petang, di Balai Budaya, DBP.


Di sini tampak jelas bahawa JJ dalam merealisasikan agenda tersembunyinya
dikemudian hari, beliau mencadangkan pemilihan calon TKPDBP supaya
dibentangkan dalam mesyuarat penuh Lembaga Pengelola DBP pada 8 Disember
2006 (hari Jumaat). Dalam Tempoh penangguhan tersebut, kemungkinan besar
JJ dengan kelicikan retorikanya menggunakan sepenuhnya masa yang ada
untuk melobi ahli-ahli Lembaga Pengelola DBP tertentu supaya mendukung
kehendaknya.


Melalui perbincangan yang panjang antara ahli Lembaga Pengelola DBP pada
8 Disember 2006 (Hari Jumaat) iaitu lebih kurang 3 jam, ternyata
keputusan mutlak untuk pelantikan Timbalan Ketua Pengarah (TKP) DBP gagal
mendapat kata pemutus. Faktor yang menggagalkan keputusan tersebut
berkemungkinan terdapat golongan intelektual sebagai ahli Lembaga
Pengelola DBP, tidak sependapat dengan keinginan Datuk Johan Jaaffar.
Namun, sudah menjadi 'siakap senohon gelama ikan duri, cakap beretorika
lama-lama menjadi pengerusi' - Dengan kuasa pemutus yang ada padanya, JJ
meminta supaya pelantikan TKPDBP ini diadakan pengundian sulit. Sedangkan
seingat penulis sistem pengundian ini tidak pernah berlaku dalam sejarah
kenaikan pangkat apa pun di DBP dan juga tidak wajar dilaksanakan.


Di samping itu, JJ dengan liciknya juga meminta supaya perkara kenaikan
pangkat untuk jawatan TKPDBP ini diserahkan kepada Dato' Seri Hishamuddin
Tun Hussein, Menteri Pelajaran Malaysia membuat pilihan. Inilah peristiwa
pelik bin aneh yang pertama berlaku dalam sejarah kenaikan pangkat di DBP
semenjak DBP wujud dan berusia 50 tahun. Dahulu terdapat beberapa orang
luar daripada DBP iaitu pensyarah universiti dan pegawai tertinggi dari
Kementerian Pendidikan Malaysia dilantik secara langsung oleh Menteri
Pendidikan Malaysia sebagai TKPDBP bukan melalui proses temuduga oleh
Jawatankuasa Lantikan dan Naik Pangkat DBP.


Tetapi setelah jawatan TKPDBP ini diisi oleh orang dalam DBP sendiri,
semenjak Haji Shaari Abdullah selaku kakitangan DBP sendiri dilantik
sebagai TKPDBP, semenjak itu proses temuduga untuk jawatan TKPDBP
ditentukan oleh Jawatankuasa Temuduga dan Jawatankuasa Lantikan dan Naik
Pangkat DBP sendiri. Kuasa pelantikan setiap jawatan di DBP ditentukan
oleh Jawatankuasa Lantikan dan Naik Pangkat DBP serta disahkan oleh pihak
Lembaga Pengelola DBP, bukan lagi dipilih atau ditentukan oleh Menteri
Pendidikan Malaysia atau Menteri Pelajaran Malaysia.


Dalam isu pelantikan TKPDBP yang baru berlalu, JJ selaku PLP DBP secara
sadar sebenarnya telah menyalahgunakan kuasa yang diamanahkan kepadanya
dalam menentukan pelantikan TKPDBP tersebut, apabila beliau menggunakan
kedudukannya sebagai PLP DBP telah menggunakan Kepala Surat Rasmi DBP
bertarikah 14 November 2006 yang ditanda tangani oleh beliau sendiri
(surat tersebut mungkin didraf oleh individu di pentadbiran DBP) bukan
ditanda tangani oleh KPDBP yang mempunyai kuasa eksekutif mengutus surat
kepada Menteri Pelajaran Malaysia, dan menyatakan bahawa calon yang
dicadangkannya itu (disebut nama calon tersebut dalam surat berkenaan)
dipilih kerana berpengalaman luas dalam bidang pengurusan dan kewangan
(adakah ini syarat baru pelantikan TKPDBP?) serta dipersetujui oleh
kesemua ahli Lembaga Pengelola DBP (benarkah?) untuk jawatan TKPDBP dan
kemudian suratnya itu diperakui oleh Menteri Pelajaran Malaysia atas
surat yang sama pada 17 November 2006 (hari Ahad).


Dalam hal demikian, tampak jelas akan permainan dan kelicikan JJ apabila
dia memandang sebelah mata fungsi dan kuasa KPDBP eksekutif, menolak dan
menghina keputusan Jawatankuasa Lantikan dan Naik Pangkat dan keputusan
ahli Lembaga Pengelola DBP sendiri (ini dinyatakan dengan jelas oleh Yang
Dipertua Kesatuan Pekerja-Pekerja DBP dalam forum 'Isu Semasa DBP' pada 29
Januari 2007).


Dalam isu TKPDBP tersebut, ahli Lembaga Pengelola DBP yang bermesyuarat
pada 8 Disember 2006, mencadangkan supaya menghantar dua calon untuk
jawatan TKDBP kepada Menteri Pelajaran Malaysia bukan dihantar hanya satu
calon sahaja. Pengingkaran yang dilakukan oleh JJ tersebut, sebenarnya
kerana ada tujuan-tujuan tersirat dalam dirinya bagi memperolehi
keuntungan dikemudian hari.


Impaknya, dalam perkara pelantikan ini, timbul pelbagai persoalan di
kalangan warga DBP : kenapakah JJ tidak hendak melibatkan diri dalam
Panel temuduga? Kenapakah JJ tidak hendak melantikan dirinya sebagai
Pengerusi Jawatankuasa dan Naik Pangkat? Jika dia tidak mempercayai
kewibawaan Pengerusi dan Jawatankuasa Lantikan dan Naik Pangkat,
kenapakah dia bersetuju melantik ahli Lembaga Pengelola lainnya menjadi
Pengerusi dan ahli Jawatankuasa Lantikan dan Naik Pangkat? Kenapakah dia
menangguhkan pembentangan pelantikan TKPDBP pada 27 November 2006?
Kenapakah dalam mesyuarat penuh Lembaga Pengelola DBP tersebut isu KBPM
ke-VII yang tidak ada dalam agenda dibentangkan?


Yang lebih pelik bin ajaib lagi, kenapakah kata pemutus tidak dapat
diambil atau diputuskan mengenai pelantikan TKPDBP pada mesyuarat penuh
Lembaga Pengelola DBP pada 8 Disember 2006? Kenapakah perkara pelantikan
TKPDBP tersebut harus dibawa kepengetahuan Dato' Seri Hishamuddin Tun
Hussein, Menteri Pelajaran Malaysia – apakah muslihatnya? Kenapakah hanya
satu nama calon TKPDBP sahaja dikemukakan oleh JJ dan bukan nama calon
yang lain diikutsertakan?


Kenapakah dalam surat kepada Menteri Pelajaran Malaysia tersebut dikatakan
kelayakan untuk TKP hanya pengalaman dalam pengurusan dan kewangan sahaja
sedangkan syarat yang lebih utama seperti dalam iklan 10 September 2006
iaitu pengalaman dalam semua fungsi teras iaitu Bahasa, Sastera dan
Penerbitan tidak dikemukakan?


Dalam konteks ini, tampak dengan jelas akan niat jahat dan tujuan
tersembunyi JJ mengutus surat tersebut ialah untuk mengelabui mata Dato'
Seri Hishamuddin Tun Hussein, Menteri Pelajaran Malaysia. Dalam konteks
yang lain, kenapakah JJ tidak berunding terlebih dahulu dengan KPDBP
dalam soal calon untuk jawatan TKPDBP yang akan dihantar kepada Menteri
Pelajaran Malaysia? Adakah KPDBP bagi penglihatan JJ sudah tidak penting
lagi?


Sedangkan JJ sendiri mengetahui bahawa dari segi peraturan lazim,
keputusan Jawatankuasa Lantikan dan Naik Pangkat untuk setiap jawatan di
DBP semenjak beliau bertugas di DBP dahulu lagi, hanya perlu disahkan
dalam mesyuarat penuh Lembaga Pengelola DBP, dan tidak perlu dirujuk
kepada Menteri Pelajaran Malaysia.


Di sini menunjukkan bahawa JJ bukan sahaja hendak mengampu Dato' Seri
Hishamuddin Tun Hussein, Menteri Pelajaran Malaysia, malah telah
menyalahgunakan kuasa dan ada tujuan politik yang tersirat disebalik
surat kepada Menteri Pelajaran Malaysia tersebut. Kedua, kenapakah surat
kepada Menteri Pelajaran Malaysia tersebut ditanda tangani oleh JJ bukan
ditanda tangani oleh KPDBP?


Alahai JJ : sepak terajang, silat kuntau, simbol retorika, puji tersilih
dan gerak tari dramatik dan retorika anda, hanya orang kampong yang tidak
mengetahui latar belakang anda dan menonton rangkaian tv 1 'Forum Isu
Semasa' dan membaca kolum anda di akhbar Berita Minggu yang anda
kendalikan serta bersikap berat sebelah itu, tentu akan kagum melihat
retorika anda, tetapi tidak kami warga DBP yang kenal siapa sebenarnya
Johan Jaaffar (kini Dato')?


JJ adalah bekas kaki tangan DBP sendiri yang telah diselamatkan oleh
Datuk Seri Anwar Ibrahim (sewaktu menjadi Timbalan Perdana Menteri)
dengan melantik beliau sebagai Ketua Pengarang Utusan Melayu (M) Berhad
setelah gagal menyelesaikan ijazah Sarjana (M.A.) di salah sebuah
universiti di United Kingdom (UK). Sedangkan segala pembiayaan belajar di
UK dibiayai oleh DBP. Untuk mewajarkan beliau bertugas di Utusan Melayu
(M) Berhad, dia telah membayar kembali pembiayaan daripada pihak DBP
tersebut. Selain itu, hasil peninggalan beliau di DBP iaitu di Penerbitan
Am waktu itu banyak yang belum diselesaikannya.


Untuk meneruskan agenda politiknya sesudah sekian lama keluar daripada
Utusan Melayu (M) Berhad, beliau telah berjaya melobi Dato' Seri
Hishamuddin Tun Hussein iaitu melantik dan menyambungkan tugasnnya di DBP
sebagai ahli Lembaga Pengelola dan kemudian menjadi PLP DBP. Meskipun
menurut sumber yang boleh dipercayai bahawa beliau memohon kepada Dato'
Seri Hishamuddin untuk menjadi Pengerusi Eksekutif Lembaga Pengelola DBP,
tetapi gagal.


Walaupun gagal menjawat PLP Eksekutif di DBP, beliau secara
langsung/haram telah menjalankan kuasa eksekutif di DBP. Dengan
kedudukannya sebagai PLP DBP dan merangkap Pengerusi Jawatankuasa Sastera
DBP, beliau telah melaksanakan beberapa perancangan tertentu dengan
membelakangkan KPDBP seperti mecadangkan (tersiratnya mengarah) Ketua
Bahagian tertentu di DBP melaksanakan pelbagai agenda seperti acara baca
puisi Puteri UMNO Malaysia, Dialog Agenda Melayu anjuran Pemuda UMNO
Malaysia, dialog majalah Dewan Budaya dan majalah Dewan Masyarakat
(kedua-dua dialog ini kemudian dibatalkan oleh KPDBP). Dengan pembatalan
kedua-dua dialog ini menyebabkan timbul pergeseran antaranya dengan
KPDBP. Dengan pergeseran tersebut, munculnya 'dendam' atau
ketidaksenangan JJ terhadap KPDBP.


Ketidaksenangan JJ terhadap KPDBP tidak dapat dilihat daripada mata
kasar, hanya dapat dibaca dan diterjemahkan daripada tindak-tanduknya.
Sebagai Pengerusi Jawatankuasa Sastera DBP, dia juga mencampuri urusan
pengurusan dan pentadbiran di Jabatan Sastera. Misalnya menurut sumber
dalaman Jabatan Sastera DBP, dia juga meminta (sebenarnya mengarah)
Pengarah Jabatan Sastera DBP waktu itu supaya mewujudkan Bahagian Sastera
Pelbagai Kaum dan Bahagian Penulis Muda. Sedangkan program yang berkaitan
dengan pelbagai kaum dan penulis muda sudah terlaksana berpuluh tahun
yang lalu dibawah kendalian Bahagian Sastera Kebangsaan. Kenapakah
perlunya diwujudkan kedua-dua Bahagian ini dan apa muslihatnya?


Selain itu, JJ juga campur tangan dalam urusan pentadbiran DBP berkenaan
dengan kedudukan bangunan lama DBP. Bangunan tersebut menurut
sumber-sumber dalaman DBP pada mulanya dicadangkan untuk dijadikan Muzium
Bahasa dan Persuratan Melayu dengan pembiayaan dianggarkan sekitar RM13
juta. Tetapi, beliau mencadangkan supaya dijadikan 'Kota Buku'. Anggaran
perbelanjaan untuk kerja-kerja pengubahsuaian sahaja iaitu sekitar RM10
juta atau RM 15 juta. Untuk merealisasikan perancangan tersembunyinya dia
telah 'mengarahkan' salah seorang pengarah Jabatan tertentu di DBP
menyediakan kertas cadangan projek tersebut.


Laporan dalaman DBP menyatakan bahawa JJ sudah mengadakan mesyuarat dan
mempengerusikan mesyuarat dengan Datuk Mustapha Kamal dari MK Land untuk
melaksanakan projek 'Kota Buku' tersebut. Kenapakah JJ yang berlagak
lebih kuah daripada sudu mengadakan mesyuarat dengan pihak MK Land bukan
KPDBP? Adakah kajian untuk projek 'Kota Buku' yang dijalankan oleh pihak
MK Land itu dilakukan secara percuma sahaja? Jika tidak ada udang
disebalik mie, tidak mungkin sesuatu syarikat sanggup membuat kajian
terperinci sesuatu projek. Kecuali projek tersebut akan diserahkan kepada
syarikatnya melalui runding terus atau tender tertutup.


Selain itu, permainan yang dilakonkan oleh JJ tersebut kerana KPDBP
sangat lemah dan pengecut. Dengan sikap, keperibadian, wibawa dan
perilaku KPDBP yang terus mengalah kepada JJ, yang rugi adalah DBP
sendiri. Alangkah sadisnya apabila KPDBP yang berkelulusan Ph.D dalam
bidang Sains Politik tetapi takut dan tunduk layu dengan seorang
berkelulusan Sarjana Muda (gagal memperoleh Sarjana) seperti JJ (?).
Jadi, bagaimanakah hala tuju Bahtera Ilmu Dewan Bahasa dan Pustaka mahu
dilancar dan dilayarkan memacu ke hadapan?


Kelemahan, ketidakbijaksanaan dan ketidakberanian KPDBP itu, memudahkan
cara bagi JJ mengambil kesempatan dalam kesempitan demi kepentingan
dirinya iaitu mendesak., menyerang, memburuk (sekali gus menghina) dan
merendahkannya. Hasil maksul daripada perancangan JJ meletakkan
pengurusan dan pentabiran DBP yang baru dibawah telunjuknya, maka akan
memudahkan perancangan liciknya berjalan lancar.


Oleh sebab itu, tidak hairanlah jika JJ selaku PLP DBP yang sepatutnya
menggunakan kereta rasmi Proton Perdana Eksekutif (hanya selepas pekerja
DBP membuat bising, pada akhir Januari 2007 barulah menggunakan kereta
rasmi DBP) yang disediakan oleh DBP dalam tugas-tugas rasminya, ternyata
pada mulanya dia menolak untuk menggunakannya kerana beliau hendak
menggunakan kereta Mercedes Bens milik peribadinya, yang mana minyak, tol
dan mungkin alat ganti/service serta pemandu (sudahkan dilantik sebagai
pemandu kontrak oleh DBP?) ditanggung sepenuhnya oleh DBP. Yang jelas
sudah tertunai iaitu minyak dan tol ditanggung sepenuhnya oleh DBP.
Begitu juga pembiayaan service keretanya, juga dihantar bil kepada DBP.


Adakah semua tuntutan ini tidak bercanggah dengan Peraturan dan Dasar
DBP? Sedangkan berdasarkan peraturan kerajaan mahupun badan berkanun,
kenderaan rasmi sahaja yang layak mendapat kemudahaan minyak, tol,
service dan elaun pemandu. Jika tuntutan JJ dan pelaksanaan di atas
ternyata bercanggah dengan peraturan kerajaan, maka penulis memohon jasa
baik Badan Pencegah Rasuah (BPR) mengambil perhatian dan melakukan
siasatan.


Tragedi ngeri yang sedang melanda DBP kini kerana JJ yang di tangannya
perahu dan pengayuh telah mengayuh DBP ke dunia pengurusan dan
pentadbiran semata-mata, serta membelakangkan ilmu yang menjadi teras
kebanggaan DBP iaitu Bahasa, Sastera dan Penerbitan semenjak berpuluh
tahun yang lampau.


Oleh yang demikian, wajarlah jika diuar-uarkan bahawa DBP kini ibarat
daun-daun kering yang berguguran di tepi-tepi jalan raya yang kemudian
akan disingkirkan ke dalam lori sampah oleh pekerja Dewan Bandarraya
Kuala Lumpur kerana tidak ada lagi manfaat yang dapat diharapkan darinya.


DBP kini bukan lagi menampilkan suara memperjuang, memartabat dan
mempertahankan bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi, bahasa ilmu,
bahasa pendidikan, bahasa perpaduan, bahasa kebangsaan, bahasa
perdagangan dan lainnya, malah DBP makin terumbang-ambing dalam
aktivitinya yang semakin kabur.


Dengan yang demikian, tidak hairanlah jika bahasa Melayu hanya menjadi
bahasa ibunda untuk para pelajar di luar bandar. Sedangkan kebanyakan
masyarakat bandar dan kumpulan elit Melayu mulai bertukar corak dan warna
menjadi manusia Melayu sebelum dan sesudah merdeka iaitu pegawai Melayu
berwajah Inggeris (Malay Civil Service).


Kini wajarlah jika DBP berada di lembah kehancuran dalam arus
perkembangan politik ilmu semasa kerana JJ bukan menyumbangkan idea demi
menaikkan imej, martabat dan kekuatan DBP sebaliknya merudumkan DBP.
Contoh yang nyata apabila beliau mencadangkan (mengarah) menutup majalah
Dewan Agama dan Falsafat dan majalah Tunas Cipta (majalah ini dicadangkan
supaya diserah dan diberi geran kepada Pena menguruskan penerbitannya) .


Tetapi sayang seribu kali sayang, kerana campur tangan JJ lebih
mementingkan status quonya dan cita-cita besarnya, maka dia lebih
mengutamakan pengurusan dan pentadbiran DBP daripada masa depan DBP
sebagai bahtera ilmu. Ingatlah wahai JJ! Sesungguhnya kewujudan DBP
adalah atas perjuangan rakyat, ahli-ahli bahasa, sastera, budayawan,
sejarawan, agamawan dan penerbit dalam bahasa Melayu, bukan ahli
pengurusan dan pentadbiran.


Jika manusia pengurusan dan pentadbiran menjadi penentu masa depan DBP
bukan fungsi terasnya yang menjadi penentu, tunggulah saat zaman
kegelapan DBP akan menjelma. Dengan percaturan sedemikian, tentu kita
teringat akan sebuah hadith Rasullullah SAW yang bermaksud : jika kamu
melantik dan meletakkan seseorang pemimpin di tempat yang salah,
tunggulah akan saat kehancurannya.


Tragedi hitam yang menghitam DBP kini sebenarnya tidak pernah berlaku
dalam sejarah kepimpinan DBP sebelumnya. Maka tidak hairanlah, jika kini
pentadbiran DBP menjadi penentu kepada fungsi teras DBP. Yang sepatutnya
berlaku iaitu fungsi teraslah yang menentukan pentadbiran DBP.


Dalam hubungan ini, sepatutnya JJ yang pernah cari makan dan merempak
sebagai pegawai dalam bidang sastera dan penerbitan memahami Semangat
Akta DBP dan harapan bangsa Melayu. Tetapi oleh kerana sikap tamak,
haloba, rakus dan pentingkan diri sendiri, dia dengan sengaja membutakan
mata, memekakkan telinga dan menutup pintu hatinya.


Selain itu, kerana sikap dan corak kepimpinan keluarga 69
diimplementasikan di DBP, tidak hairanlan jika DBP kini yang dinahkodakan
oleh dua nahkodanya yang tidak sehaluan fikiran menyebabkan DBP semakin
hanyut dan hampir karam. Kesan daripada dua pengayuh yang berlainan
haluan, menyebabkan tidak ada keputusan kongkrit yang dapat membawa hala
tuju DBP dan perubahan paradigma warga DBP. Perubahan budaya kerja staf
DBP semenjak dipimpin oleh KPDBP yang baru dan JJ selaku PLP DBP, DBP
bukan menuju ke arah yang lebih baik.


Jadi, apakah fungsi Lembaga Pengelola DBP jika setiap keputusan yang
berkaitan dengan perjawatan dan lainnya di DBP harus merujuk kepada
Menteri Pelajaran Malaysia dan JPA? Untuk melantik TKPDBP pun harus
ditentukan oleh Menteri Pelajaran Malaysia.


Kalau demikian keadaannya, DBP tidak perlu ada Pengerusi Lembaga
Pengelola dan Lembaga Pengelola DBP sebab untuk menentukan keputusan yang
mudah ternyata diperpayahkan. Di sini menampakkan bahawa DBP sebagai jasad
yang berwajah badan berkanun yang tidak lagi memiliki hala tuju yang
jelas, ternyata benar.


Maka wajarlah jika kini DBP ibarat si buta kehilangan tongkat dan nelayan
kehilangan pengayuh. Kerana nahkoda DBP kini tidak memiliki visi dan misi
yang jelas, malah visi dan misi DBP yang sudah cukup stabil pun dilanggar
dengan sewenang-wenangnya sehingga fungsi utama DBP sebagaimana termaktub
dalam Akta DBP 1978 pindaan 1995 terhumbang ke belakang. Yang menjadi
keutamaan DBP kini iaitu pentabiran dan pengurusan. Sedangkan fungsi
terasnya itu bahasa, sastera dan penerbitan secara realitinya 'hidup
segan mati tak mahu'.


----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

SB: "Anwar pun tak percaya masa depan reformasi"

SB: "Anwar pun tak percaya masa depan reformasi"

Saari Sungib | abuurwah@gmail.com
Tue | Feb 13, 07

Dalam siri ini, saya akan terus membuktikan bahawa teknik yang digunakan
oleh SB semasa soal-siasat ISA adalah sama dengan teknik yang digunakan
oleh CIA di Guantanamo Bay. Lagi teknik-teknik yang digunakan:


"Pride and ego up"
Teknik ini dilakukan dengan membelai-belai ego tahanan. Pegawai-pegawai
Penyiasat (IO-IO) menggunakan teknik puji, angkat, ampu, lambung dan
bodek! Walaupun tahanan tahu bahawa IO hanyalah berpura-pura, tetapi
apabila teknik ini dilakukan berulang kali secara berterusan, tahanan
boleh jadi keliru untuk mempercayainya.


Perkara-perkara yang dibodek merangkumi latar belakang keluarga yang
berjaya, tugas sebagai bapa dan suami yang cemerlang, seorang yang
memiliki kerjaya yang gemilang dan juga termasuk pemimpin NGO yang
berjaya menggerakkan NGOnya secara profesional!


Kata IO: "Poohh.. kalau tak ada you jadi Presiden, JIM tak jadi
profesional macam nih"!


Ego saya sendiri cuba dibelai oleh IO-IO dengan berkali-kali mengatakan
bahawa: "Reformasi ada tiga fasa!.. Fasa pertama ..Fasa Tian Chua... fasa
ini tidak begitu berjaya!.. Fasa kedua..Fasa Ezam... fasa ini ada sedikit
berjaya.. Fasa ketiga..Fasa Saari Sungib.. inilah fasa yang paling
berjaya.. Itu sebab Anwar Ibrahim sayang pada Saari Sungib.. Fasa inilah
fasa yang paling berjaya dalam Reformasi"!


Berkali-kali dengar diulang-ulang kata-kata ini terangkat juga dan kembang
punggung tak boleh duduk! Tapi, anggaplah ianya satu manipulasi
semata-mata.


Teknik ini juga melambung saya dengan kata-kata: "Anwar Ibrahim lantik
empat orang jeneral anjur demonstrasi jalanan.. Ezam, Tian Chua, Malek
Hussin dan Saari Sungib....jeneral yang paling berjaya adalah Saari
Sungib"!


Ada pula seorang tahanan yang ditemui sendiri sebanyak tiga kali oleh
Pengarah SB untuk tujuan membelai egonya. Pendekatan Dato' Pengarah SB
itu amat friendly dan begitu memujuk.


Antara lain katanya: "The problem with you…. Kalau ada seratus orang
depan you, you bercakap dengan mereka..semua akan convince.. Kalau ada
seribu orang depan you, you bercakap dengan mereka.. semua seribu orang
tu akan convince".


Kata-kata seperti ini, apatah lagi diucapkan oleh seorang Dato' Pengarah
SB, pasti akan berjaya membelai dan mengurut ego seseorang tahanan!


Tujuan teknik ini adalah untuk menjadikan tahanan merasakan ia seorang
yang amat penting. Bahkan cara pelaksanaan teknik ini menjadikan tahanan
yakin bahawa dirinya amat penting kerana telah diberi pengiktirafan oleh
boss SB, orang yang paling penting dalam memantau keselamatan negara!


Bila ego tahanan telah digosok dan diurut ke tahap itu, maka tahanan mula
yakin dan percaya bahawa beliau adalah benar-benar penting, selepas itu
barulah jarum-jarum harus untuk menjadikan ia menyesal di atas
'keterlanjurannya' akan terus diasak oleh IO-IO lain.


Awas! Jangan jadi mangsa kepada ledakan dan luapan ego anda sendiri. Ingat
ego anda sedang digodam oleh IO bagi tujuan memenuhi kepentingan Umno-BN.
Ianya bukan bertujuan untuk meningkatkan self-esteem anda ke arah suatu
yang positif. Jangan sekali-kali terperangkap dengan teknik ini.


"Pride and ego down"
Teknik ini biasanya dilakukan dengan cara sindiran dan kata-kata yang
berlapik. Tiada tengkingan atau suara tinggi digunakan untuk tujuan ini.


IO akan menjalankan teknik ini secara halus melalui cerita-cerita secara
bersahaja. IO juga menggunakan teknik membanding-bandingkan dirinya
sendiri dengan tahanan. IO akan mengaku bahawa SB bekerja ikhlas sebagai
unsung heroes dan tidak mencari nama atau pujian. Setelah itu, IO akan
masuk jarum mengatakan tahanan hanya berjuang untuk dapat nama, disanjung
dan mendapat jawatan atau pengaruh.


Dengan teknik ini juga IO pergi jauh untuk menyakitkan hati tahanan.
Katanya, sebenarnya tahanan susah nak cari makan kalau tidak terlibat
dalam apa yang dilakukannya sehingga ia ditahan ISA.


Kata-kata IO seperti: "You pun tahu... kalau tak ada Reformasi you susah
nak hidup! Jadi bila ada Reformasi, you menonjol sebagai hero, ahli-ahli
you pun sokong you. Dewa-dewakan you.. mereka sanggup berkorban untuk
you.. mereka sanggup keluar duit untuk you.. mereka bayar semua
perbelanjaan you"!


Jarum dimasukkan lagi oleh IO dengan kata-kata: "Tengok Mat Sabu tu..
mana-mana jadi hero.. hidup atas duit penyokong yang taksub. Nak jemput
dia ceramah..kurang-kurang sekali ceramah kena bayar dia empat ratus lima
puluh..itu tak masuk duit minyak..tol..dan bayar hotel"!


Sakit hati memang sakit hati mendengar ucapan-ucapan seperti itu. Walaupun
tahanan yakin bahawa ucapan itu adalah dusta, namun jika tahanan tidak
berwaspada hatinya akan turut terluka dengan kata-kata IO itu.


IO boleh pergi jauh cuba merendahkan ego tahanan dengan berkata berulang
kali: "Sekarang saja Anwar Ibrahin nakkan you.. nanti bila dia dah naik
nanti.. paling tinggi dia boleh bagi you jawatan adalah penolong
setiausaha kerja… menteri jauh sekali…. timbalan menteri pun tak
merasalah".


IO menggunakan teknik merendahkan ego tahanan seolah-olah perjuangannya
hanyalah semata-mata untuk duit dan untuk mendapatkan jawatan.


Itulah tujuannya, iaitu untuk melukakan ego tahanan. Itu saja!


Jadi, ingatlah! Tidak perlu layan perasaan anda atau cuba memujuk diri
anda apabila dilontarkan ucapan-ucapan seperti itu oleh IO-IO durjana
itu.


Saya sendiri bila ditanya beberapa kali oleh IO dalam konteks teknik ini,
jawatan apa saya akan dapat jika BA memerintah? saya jawab selamba: "Saya
nak jadi Ketua Polis Negara…IGP… saya nak buat Reformasi dalam PDRM"!


"Futility"
Teknik ini digunakan bagi merendah-rendahkan apa yang diperjuangkan oleh
tahanan. IO akan mengatakan bahawa apa yang diperjuangkan oleh tahanan
adalah sia-sia. Tahanan dituduh sebagai telah diperdayakan untuk
mempercayai bahawa perjuangannya adalah mulia sedangkan semua itu adalah
sia-sia sahaja.


Kata ketua IO: "You tahu… apa kata Anwar Ibrahim tentang Reformasi?...
Anwar beritahu kami bahawa …'Reformasi is in their state of mind'… Anwar
pun tak percaya tentang Reformasi.. tapi Anwar mahu you semua percaya
yang dia tu berjuang benar-benar untuk Reformasi.. you gila-gila sokong
dia..padahal bila dia selesai masalah dengan Mahathir… dia akan balik
semula ke Umno"!


Kata ketua IO lagi:"You tahu Saari.. you ni jujur…you berkorban semuanya
untuk Anwar…you berjuang… ibarat macam you tanam pokok..pokok tu mula
beri hasil…ada buah.. semua orang ambik buah tu.. Wan Azizah ambik..
Azmin ambik… Ezam ambik….Tapi bila Anwar dah naik nanti… semuanya.. Wan
Azizah.. Azmin..Ezam.. dapat tempat.. You habuk pun tak dapat..ibarat you
tanam pokok.. hasilnya orang lain ambik.. Paling sedih tu... pokok tu pun
mereka tak mengaku you yang tanam"!


Dengan teknik ini ketua IO akan mengulang-ulang berkata:


"Paling sedih tu... pokok tu pun mereka tak mengaku you yang tanam"!
"Paling sedih tu... pokok tu pun mereka tak mengaku you yang tanam"!
"Paling sedih tu... pokok tu pun mereka tak mengaku you yang tanam"!


Melaga-lagakan antara tahanan dengan rakan-rakan lain dalam perjuangan
adalah salah satu cara yang digunakan dalam teknik ini. IO akan
mengatakan bahawa hanya di peringkat awal sahaja tahanan akan diberi
tempat dalam arena perjuangan, selepas semua orang mencapai
kepentingannya masing-masing, tahanan akan dibiarkan terkontang-kanteng!


Paling brutal dala pula pembantu IO mengatakan: "Apalah you Saari...
belajar je tinggi.. kelulusan tinggi.. tetapi ikut perjuangan taik
kucing"!


Jika ini berlaku, tetaplah anda beristiqamah dengan keyakinan perjuangan
anda. Usah peduli dengan kata-kata mereka. Itu hanyalah satu lagi teknik
bagi mematahkan semangat anda!


Tujuan dan matlamat IO-IO adalah untuk menjadikan anda kecewa dan patah
semangat. Jika anda layan perasaan anda bermakna anda telah menjayakan
tujuan dan matlamat mereka!


----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

Panduan Menghadapi Kemarau

Solat Isitisqa adalah solat yang khusus ketika kemarau
meminta agar Allah swt menurunkan hujan.

Disamping itu satu panduan yang amat berguna kepada
kita semua khususnya pengguna domestik ialah setiap
rumah kita perlu ditambah tangki simpanan air tambahan
terutamanya mereka yang mendiami rumah teres atau
banglo dimana lebih mudah untuk memasang tangki
tambahan.

Dengan adanya tangki tambahan ini , simpanan air
dirumah kita dapat bertahan dua, tiga ada lebih kali
ganda bergantung kepada kapasiti tangki tambahan yang
dipasang. Dengan itu jika ada catuan air ianya tidak
mengganggu tugas harian kita.

Pemasangan tangki tambahan ini perlu dilakukan oleh
tukang paip. Dan kalau perlu struktur tambahan perlu
dilakukan oleh kontraktor kejuruteraan awam. Ianya
boleh dipasang di atas siling atau di halaman rumah.
Kepada mereka yang membuat pengubahsuaian rumah
(renovation), elok difikirkan ruang penambahan tangki
air ini.

Kos pemasangan antara RM 500 – RM 5000 bergantung
kepada saiz dan jenis tangki samada fibre glass,
polycarbonate atau stainless steel, juga bergantung
kepada penambahan paip.

Oleh itu eloklah pemasangan tangki tambahan ini
dilakukan mulai sekarang kerana jika sekiranya kita
menunggu di saat kritikal dimana permintaan tinggi di
kala kemarau mungkin kos barangan akan meningkat
akibat meningkatknya permintaan.

----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

Jangan halang pembinaan Masjid Cina

Jangan halang pembinaan Masjid Cina

Ustaz Haji Ahmad Awang
Fri | Feb 09, 07


Penolakan Dato' Ali Rustam terhadap permintaan golongan Cina Muslim untuk
membina sebuah masjid Cina di Melaka menunjukkan betapa Ketua Menteri
Melaka mempunyai sikap bias terhadap komuniti berkenaan.


Kenyataan beliau dengan merujuk pembinaan masjid Cina itu dengan sentimen
perkauman adalah amat tidak wajar sekali. Beliau perlu menghormati dan
memenuhi permintaan komuniti Cina Muslim untuk membina sebuah masjid yang
mempunyai seni bina Cina yang bukan sahaja akan digunakan untuk tujuan
ibadat tetapi juga untuk berdakwah kepada masyarakat non muslim.


Bukankah pembinaan masjid Cina satu perkara yang baik dan dituntut oleh
ajaran Islam. Jadi, tidak ada sebab beliau menghalang apatah lagi menolak
permohonan mana-mana pihak untuk membina masjid.


Kalau beliau boleh meluluskan pembangunan pembangunan perkampungan artis,
kenapa beliau tidak boleh berbuat demikian terhadap usaha untuk mendirikan
masjid Cina. Ali Rustam mempunyai prasangka yang buruk terhadap pembinaan
masjid Cina dan hujah-hujah yang digunakan untuk menolak hasrat itu
adalah amatlah dangkal sekali.


Beliau tidak sewajarnya membandingkan masjid-masjid yang sedia ada di
Melaka dengan masjid Cina yang dicadangkan itu. Walaupun sudah wujud
masjid yang mempunyai ciri-ciri seni bina Cina tetapi ia tidak seharusnya
dijadikan sebagai alasan untuk membina masjid yang baru. Pertambahan
jumlah penduduk dan pembukaan kawasan penempatan serta bandar yang baru
menuntut lebih banyak rumah ibadat dibina sama ada yang berbentuk masjid
atau pun surau.


Walaupun golongan Cina Muslim masih merupakan kelompok minoriti dalam
masyarakat Islam tetapi kehadiran mereka perlu diberikan pengiktirafan.
Malahan kesediaan mereka untuk menerima Islam harus dihargai dengan
mendirikan masjid yang mempunyai seni bina Cina.


Tambahan pula, pembinaan masjid Cina tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Kita boleh ambil contoh pembinaan masjid-masjid di China yang
masih mengekalkan sebahagian besar ciri-ciri dan identiti masyarakat Cina
di sana. Hal ini tidak menjadi satu masalah yang besar selagi mana ia
dibenarkan oleh ajaran Islam. Sikap yang ditunjukkan oleh Ali Rustam
adalah cerminan kepada mentaliti dan dasar para pemimpin UMNO/BN yang
dalam banyak tindakan telah melakukan perkara yang membantutkan
perkembangan Islam di negara ini.


Parti PAS lebih rasional dalam hal ini di mana kerajaan Kelantan pimpinan
Tuan Guru Dato' Nik Aziz Nik Mat telah mengambil langkah ke hadapan
memberikan sokongan kepada pembinaan sebuah masjid yang membina seni bina
Cina di Rantau Panjang. Masjid itu yang dikenali sebagai Masjid Jubli
Perak Sultan Ismail Petra telah dibina di atas tapak seluas 3.7 ekar.


Dengan pembinaan masjid itu, ia diharapkan dapat menjadi mercu tanda
kepada komuniti Cina Muslim dan umat Islam untuk mengembangkan lagi syiar
Islam di dalam masyarakat kita yang berbilang kaum.


Hal ini membuktikan bahawa PAS lebih peka terhadap permintaan dan
kehendak masyarakat Islam termasuk komuniti Cina Muslim daripada para
pemimpin UMNO yang bersikap pekak badak serta bodoh sombong terhadap
hasrat orang Islam sendiri.


Ketua Penerangan PAS Pusat


----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

China Muslims

www.chinamuslim. per.sg
or www.chinamuslim. net


----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my

Dr M revives war over Pak Lah's policies

Dr M revives war over Pak Lah's policies Beh Lih Yi
exclusive Former premier Dr Mahathir Mohamad has revived the war against
his successor Abdullah Ahmad Badawi, after keeping a low profile following
a mild heart attack last November.

In an interview with malaysiakini editors at his Perdana Leadership
Foundation office in Putrajaya last Friday, he expressed strong
disagreement with Abdullah's way of managing the country, especially in
terms of the economic policy.

He had initially wanted the interview, the second with malaysiakini, to be
solely on his campaign against war crimes and the three-day conference
which draws to a close today in Kuala Lumpur.

However, during the second half of the hour-long meeting, Mahathir - who
appears to have fully recovered from the minor heart attack - could not
resist giving his views on current affairs when prodded to do so.

It began when he was asked to comment on the call by US Senator Tom Lantos
for the Free Trade Agreement (FTA) talks between Malaysia and the US to be
halted over a Malaysian company's deal with an Iranian company.

Known to be vocal critic of the US, Mahathir said that Malaysia would only
expose itself to pressure if it inks the FTA with the US. He also
suggested that the government is more interested in "kowtowing" to the
superpower.

"I don't think there is any need for this FTA... In fact there is no need
for a FTA with Japan even, because we are doing quite well. Without the
FTA, Malaysia is growing at 7, 8 percent (annually). Our trade has
reached US$100 billion, no FTA," he said.

"The US needs us as much as we need the US. You apply sanctions against
us, the US companies will suffer (too), not only others."

While Malaysia has signed a FTA with Japan in 2005, the government is
currently in its fifth round of negotiations for a trade deal with the
US.

Proton in 'bad shape'

Mahathir cited the example of the protection given to national car maker
Proton, of which he is advisor.

"The US protects its agriculture, why are we so ashamed of protecting
Proton for example? We will have to learn to live without having to
depend on other people," he said. However, he conceded that Proton is in
"very bad shape".

His solution to resuscitating the company? Remove its chairperson Mohamed
Azlan Hashim, with whom Mahathir cannot see eye to eye.

"I don't meet him because it is no good. He comes here not to hear my
advice, he comes here to advise me on what he has done, that is the
reversal of an advisor's role," said Mahathir.

He also said Langkawi's growth has been neglected ever since he stepped
down in 2003, causing him to spend his money on developing the island.

Similarly, he expressed unhappiness over maintenance of his other pet
project, Putrajaya. However, he would not reveal the cost of constructing
the new federal administrative capital - shrouded in secrecy thus far -
apart from describing it "very competitive".
On public resentment over the recent toll hike, Mahathir suggested that
the government should have earlier re-pegged the ringgit from 3.8 to 3.5
(exchange rate of ringgit to US dollar) as it would have helped
strengthen the ringgit and pressured traders to lower the price of
imported goods.
"If you do a check on the prices of the imported goods and strengthen
the ringgit by 10 percent, you can go and tell them, 'look, now the
ringgit is stronger, I know you are paying less for your imports, so
lower your price'.

"Then people will get money in their pocket just by doing a very simple
thing; but they want to go along the lines of international practice,
they want to allow the money to float."

He said that while the ringgit has strengthened to RM3.50, prices of goods
have not fallen.

Ananda 'bothered' me

Mahathir, 81, who was dressed in his favourite bush jacket with a campaign
button 'In search of peace', appeared relaxed throughout the interview.
His responses were punctuated with jokes and his trademark sarcasm.

He was quick to dismiss a claim that his former deputy Anwar Ibrahim had
informed him of corruption involving two government leaders while he was
in power.

"Nonsense, he didn't give any evidence. Anwar cakap bohong (is telling
lies)... He never can tell (the) truth, he tells lies."

Elaborating on the government's recent acquisition of an executive jet
worth millions of ringgit, Mahathir reiterated that it is "very
important" to purchase the jet.

"Some people may have heard the Agong say 'please buy me another plane, I
need another plane', that's why they bought (it)," he said.

Abdullah, earlier said to have been behind the purchase, has clarified
that the government bought the jet through one of its companies for the
use of top officials, including the King.

On the alleged purchase of a super yacht in Turkey that Abdullah has also
denied, Mahathir said he was told billionaire Ananda Krishan was the one
who wanted to build it.

"He (Ananda) keeps on bothering me, asking me about the design, I don't
care, I gave my opinion," he said, adding that he persuaded the
billionaire to bring the yacht to the Telaga Harbour in Langkawi but the
former has declined to do so.

Asked about the progress of his bakery business in Langkawi called 'The
Loaf' - a joint project with a Japanese company - Mahathir grinned and
replied: "Bakery is okay-lah".

When pressed as to whether he is making any profit out of it, he laughed
and said: "So far, they are eating the bread."

The interview could have gone on except for urgent signals from Mahathir's
aide that his boss was scheduled to attend Friday prayers at the mosque he
built in Putrajaya.

Q&A: More potshots from ex–premier


Outspoken former premier Dr Mahathir Mohamad tells malaysiakini about
his successor Abdullah Ahmad Badawi's leadership and economic management,
the sidelining of national car maker Proton, development in Langkawi and
the lack of maintenance in Putrajaya.

He also took offence over criticism by his former deputy Anwar Ibrahim,
saying the latter "never can tell (the) truth".

Malaysiakini: Recently US Senator Tom Lantos said the US should not
proceed with negotiating the Free Trade Agreement (FTA) with Malaysia,
because of a business deal between a Malaysian company and an Iranian oil
company.

Mahathir: That is the problem with the US. If you have any deal with them,
they will use that as leverage to get more power. For example, they sold
us airplanes without the source code. Without the source code, we can't
use the plane.
We spent huge sum of money buying airplanes that cannot be used because
when you want to use it, you have to ask the Americans. They want to
control us, how we use the plane; and even when we have finish using the
plane, you cannot sell (it) unless they approve (the sale first). They
are always putting in extra conditions even though there was no condition
before.

If you are going enter into the FTA, you are exposing yourself to a lot of
pressures. Every now and again, they will say 'if you do this, then we
will apply sanction against you, we will not import your goods'. That is
the US - always the big stick, very few carrots.

How do you view Malaysia's negotiations of the FTA with the US? There have
been many protests, for instance, by trade unions.

I have always been against it. I don't think there is any need for this
FTA with the US. In fact there is no need for a FTA with Japan even,
because we are doing quite well. Without the FTA, Malaysia is growing at
7, 8 percent (annually). Our trade has reached US$100 billion, no FTA. So
why do we want the FTA?

So why do you think the government has to start negotiating with the US?

I think the government shouldn't. I proposed the EAEC (East Asian Economic
Caucus) so that they would have sufficient strength to counter the
European Union and Nafta (North American Free Trade Agreement), but they
are more interested in kowtowing to Australia and New Zealand. I am sorry
to say (this), but I disagree with the government.

The government is saying that, without the FTA, it will be very hard for
us to continue the growth that we have.

No, I don't think so. The US needs us as much as we need the US. You apply
sanctions against us, the US companies will suffer (too), not only others.

Other countries are signing the FTA, Singapore has signed and Thailand is
negotiating one. If Malaysia decides against signing the FTA, wouldn't
the investors prefer to go to Singapore and Thailand instead?

There is a risk to be taken. When we make decisions in our interest, of
course there are plus and minus (points). Singapore can sign a FTA,
Singapore is a free port, they don't tax people anyway, what do they give
away? Nothing. We are not a free port, we apply import duty in order to
protect our industry. Without the import duty, we can't protect our
industry. The US protects its agriculture, why are we so ashamed of
protecting (national carmaker) Proton for example? We will have to learn
to live without having to depend on other people.

Yes, there will be trouble for some time, but if you going into FTA, you
expose yourself to a kind of threat that they will always be wielding
against you. You cannot threaten them because you need their market.
That's why I spent a lot of time trying to develop other markets. I went
to many countries, to South America, elsewhere (to) develop other markets
- not to reduce the trade with the US but to reduce the percentage of
trade. So when our trade grows bigger, the trade with US will be smaller.

Now that our trade concentration is with China, we should think about
China as the principal market. US is bankrupt anyway. I would think the
best bet is for us to develop intra-Asian trade, trade with China and
trade with other countries. We will suffer for some time, but you know,
in these kind of things, don't expect to have something for nothing.

It is said that the US has spent a few billion dollars to subsidise 10,000
farmers.

Yes and they are not ashamed of it, but we are ashamed because we
supported Proton. The total tax paid to the government over a period of
10 years was RM18 billion, out of Proton. The volume is big, people who
buy Proton have to pay tax, a lot of other people have to pay tax and the
government collected a lot of money - RM18 billion for a RM480 million
investment (in Proton), don't you think that is good business?

Well, not according to some who have to pay RM10,000-20,000 extra to buy a
Proton car.

All right, you pay to other countries, you buy foreign cars. You buy
foreign cars, then the money goes out, (so) let's stop all our industry
because foreign imports are cheaper, okay? No industry in Malaysia, what
happens? Think about that, think for the longer term, don't think only
just because you pay this much and therefore the whole thing is bad. I
have been in the government, that's the reason why I want things to grow
- the government is not like a company. Companies depend upon profit,
(but) we can collect taxes.

Even when I spent money to build all these mega projects, you know where
the money came from? Every time somebody get a contract, he made profit
and I got the money from him; when he buys something from somebody else,
somebody else makes a profit, (and) I collect taxes from him; when he
buys from the importer, I still collect for the government - the
government never loses money. We make money from taxes.

Do you think you are misunderstood by a lot of people?

People don't understand government, they think government... (laughs) You
know, I have been in this government for 22 years, I know something about
it. The reason why money should be spent is that when government money is
expanded, (it) comes back to the government all the way. One ringgit that
you spend will move from A to B, to C, to D and all the way, somebody
makes a profit and government gets a cut.

But then there is also quite a bit of wastage, there would be money being
spent not for this particular purpose but corruption for instance.

Corruption is regrettable but just saying I want to get rid of corruption
doesn't get rid of corruption. During my time, I was very careful, if you
can find any evidence that I am corrupt, by all means, expose me.

But some of your ministers were (allegedly corrupt).

Give me the evidence, it is not easy. People keep on saying he is corrupt,
he is corrupt...

What about Rafidah Aziz (International Trade and Industry Minister)?

Well, (she was) not during my time.

It was during your time.

During my time, she was very careful, didn't give APs (approved permits)
by the thousands, (but) after my time, my goodness...

Your former deputy Anwar Ibrahim claimed he had given you evidence of
corruption (involving high profile figures)...

Nonsense, he didn't give any evidence. Anwar cakap bohong (is telling
lies). For example, he started talking about currency trading and (he
said) he doesn't know anything about it, you can go and see the Hansard,
he answered all the questions (in Parliament), I never answered the
questions. He never can tell (the) truth, he tells lies.

You have buried the hatchet with (American philanthropist George) Soros,
what about Anwar?

No, no, I don't see any point in burying the hatchet with him. He has sued
me because I said something that he doesn't like. I've said let's go to
court and let the court decide.

The cost of building Putrajaya is such a mystery, no one seems to know the
real cost of it. If we can hear it from you, how much is the cost of
building Putrajaya and are you happy with the way it is being maintained?

Maintain? No, I am not happy (laughs), but the cost is very competitive.
What happened is this - the government has no money, (state-owned oil
company) Petronas has money, so we told Petronas to (undertake) a private
finance initiative.
However, Petronas is a 100-percent government-owned company, so any
profit made by Petronas comes back to the government. We told Petronas to
build and lease to us. Petronas, of course, is quite sure of making profit
but certainly Petronas doesn't want to charge the government too much
because in the end, it goes back to the government.

When you have private finance initiative, it goes to a private company,
they will cost it so they make a profit. The government is actually
financing that because when they go to the bank and say government is
going to lease whatever they build and they are going to make so much
profit, 'can you give me some money?' They will get at least a few
billion ringgit.

Actually it is the government which is spending, it is not the private
sector, and the longer that you take to pay, the more you have to pay by
way of interest. Private sectors work out all these things.
MRCB (Malaysian Resources Corporation Bhd, a property developer) or
whatever GLCs (government-linked companies) - they like somebody behind
(the company so they) can make some money. They price it in order to be
able to make a certain profit, (it is) called definite profit. If they
build a bridge, they will make a profit because government will lease it.
If they say you build the bridge and you operate it, then it is not
private finance initiative.

Just like the private jet (leased by the government)...

During my time, it was privatised. I admit I helped to reduce the cost of
privatisation in order to lower the cost of toll roads for example. If
you ask them to pay everything for the toll road, you have to pay through
your...

But of course, the private jet is very important because we have only one
Boeing business jet for the Agong. I think the Agong must have asked
'please buy me another plane', that's why they bought the plane. But I
didn't hear the Agong (say it) because I wasn't near (him). Some people
may have heard the Agong said 'please buy me another plane, I need
another plane', that's why they bought.

A plane that is on the ground loses money. If you are operating an
airline, you use the plane practically every day. You buy a plane for
private use, you don't use it for all the time but you still have to pay.
Tun Hussein (Onn, former prime minister) bought the (Boeing) 737 before
he retired, but unfortunately for him, he retired before the plane was
ready, so I got to use the plane. I used it for two years and I asked
them what would happen if I don't use the plane, how much do we have to
pay? US$2 million, whether you use it or not, every year.

I said no, give it back. We sold the plane because I don't need a big
plane, I need a small plane, it is enough for me to go around. I don't
carry around too many people, only security people and my staff, that's
all, six or seven people. I don't need a big plane.
But this 737 which we gave to the Agong is a fantastic plane, and now
must be more fantastic. I hear that the people who order the plane were
also involved in the interior design (contract).

Something like the super yacht they bought in Turkey?

I don't know about the super yacht (smiles) because they accused me (of
buying one). I will tell you that Ananda (Krishnan, Malaysian
billionaire) wants to build a yacht and in fact he has built a yacht. He
keeps on bothering me, asking me about the design, I don't care, I gave
my opinion.

So it was Ananda who bought the yacht for (Prime Minister Abdullah Ahmad)
Badawi?

I don't know. But as far as I know, Ananda built this yacht, a 40m yacht,
a gullet, it is very beautiful. It is completed already and I told him
'why don't you bring it here, you built and put it at the Mediterranean,
I want my Telaga Harbour (in Langkawi) to have this yacht. He said 'no,
this thing will eat into the wood, our water is no good'. I said why
don't you build one that has a steel haul then you can bring it here.
That is as far as I went.

Of course, if you want to build a big yacht, you keep it here, I am happy,
you can build 10 yachts. I am quite happy if you put it in Telaga Harbour
then I can have a nice marina for that. Of course, they have to pay.

Do you think the government has abandoned all hopes on Proton?

I am sorry (that) a company that was making money is now a company that is
losing money. Why? Because of interference in Proton and lack of
consideration in giving the APs.
Of course it enriches a few Malays, that is the NEP (New Economic
Policy), a NEP for two Malays, but others get nothing.
Proton is in a very bad shape and mismanagement is still going on.
People are leaving the company because they don't see any hope. It can be
resuscitated but it needs good management. The first thing to do of course
it to remove the chairperson (Mohammed Azlan Hashim) who actually behaves
like a CEO (chief executive officer), he makes all the decisions, nobody
(else) can make decisions, that's what I was told.

Are you still meeting him?

I don't meet him because it is no good. He comes here not to hear my
advice, he comes here to advise me on what he has done, that is the
reversal of an advisor's role.

What about the progress in Langkawi, is it going as you had wished?

I go to Langkawi quite often. Apart from setting up my bakery there, I
have to spend my own money in order to develop some of the things that
are needed in Langkawi. I spent my money building a horse track, a
stable. They are leasing the horses to tourists, quite good business for
them (but) I don't make money. I have two boats there which I built, they
use the boats to ferry tourists. Okay, I don't ask for money.

How is the bakery business going?

Bakery is okay-lah (grins). I want to learn about business, I have been
telling people to go into business, and people have been telling me 'you
don't understand business'. Okay, I've started my own business (but
whether I) can make it or not, I don't know.

How is it going so far? Is it making money?

So far, they are eating the bread (laughs).

Going back to Langkawi, are you saying that the government is not actually
following what you wanted Langkawi to be?

During my time of course there was a lot of concentration in Langkawi.
From a place that was not known at all, it has become a worldwide name -
anywhere you go, they know Langkawi. We have done quite well by Langkawi,
there are lots of things that can be done, to make it a real tourist
product.
They stopped the flight into Langkawi from London, in fact (national
carrier Malaysian Airlines) MAS is now stopping flights to everywhere
because AirAsia can do a better job, AirAsia should take over.

On the toll hike, there are a lot of complaints that the toll agreement
wasn't very fair. How do you respond to that because a lot of agreements
were signed during your time?

Yes, a lot of agreements were signed during my time (but) we didn't
actually scrutinise these things, I didn't anyway. This was done by civil
servants which is their right. They see only in terms of return of
investments and things like that, they don't see the political side.

They agreed to things which we later found out cannot be implemented
because the toll is too high. So what they did was (to decide that) the
government will pay the company. When you say 'don't increase the toll
rate', then it is the government that has to pay because the agreement
has to be honoured.

During my time, what I tried to do was to help the company to lower their
capital cost by giving them whole chunk of roads that have been built,
free of charge. We gave them free land and a lot of loans at low cost,
all this (was done) in order to lower the toll rate. But the toll of
course has to increase, the quantum of increase is what is felt by the
people.

I suggested to the government if you strengthen the ringgit, you will put
money into people's pocket without having to spend one sen. From 3.8, I
said go to 3.5 (exchange rate of ringgit to US dollar), that means almost
10 percent increase and that means you are putting 10 percent more money
into the pockets of people if they buy foreign goods.
We talk about toll and oil prices, oil is something that you buy from
others, if you have a stronger ringgit, then the oil price becomes
cheaper. But if you allow the ringgit to float, you don't get advantage.

If it has now strengthened, how much have you gained? Nothing. But if you
do a check on the prices of the imported goods and strengthen the ringgit
by 10 percent, you can go and tell them, 'look, now the ringgit is
stronger, I know you are paying less for your imports, so lower your
price'. Then people will get money in their pocket just by doing a very
simple thing but they want to go along the lines of international
practice, they want to allow the money to float...

You are arguing for a re-peg of the ringgit?

Yes, why not? What's wrong?

To re-peg it to?

RM3.50 for example.

It is already at RM3.50.

I know, but we don't get any advantage from the RM3.50, you have a
stronger ringgit but you don't feel it. The price of things in the shop
hasn't gone down, the imported things. You go to buy computer, the price
hasn't gone down by 10 percent.
You have to understand the mechanism of this - why do you peg? It is
because you have control. If you want to strengthen the ringgit by 10
percent, you can tell the shop 'look, you are paying for this before at
that price in ringgit, now in strong ringgit, you are paying less, so
sell it at the lower price'.

That means (you are) literally putting money into the pocket of people. By
strengthening ringgit by 10 percent, you actually put money into people's
pocket without having spent one sen.

Given the current situation, what would be the fair...

We are not getting any lowering of the price, you notice any lowering? No,
they haven't because they say 'we don't know, this thing might go up and
down... it might be US$3 or $4 or something like that'. If you fix (the
rate), nobody can say because this is the only price.

When Malaysia fixed the ringgit, people said we cannot do it but we have
proven we can do it because we have a lot of money. We have billions of
dollars, EPF (Employee Provident Fund) alone is (worth) RM300 billion and
US$82 billion in the Central Bank, what for? You only need to keep five
percent... You can reduce that and use the money.

Are you suggesting the government's economic policy is actually imbalanced
or they don't know what they are doing?

It is up to you to decide, whether they do or not.


----------------------------------------------------------------
This e-mail has been sent via JARING webmail at http://www.jaring.my